PENUKARAN ALAM DEMI SELEMBAR KERTAS YANG HILANG . Alam : "Aku Bisa Apa?"
PENUKARAN ALAM DEMI SELEMBAR KERTAS YANG HILANG .
Alam : "Aku Bisa Apa?"
Note : Tulisan ini berdasarkan salah satu topik yang didapat melalui film "Before The Flood". Tulisan ini memiliki isi yang tidak memuat secara keseluruhan mengenai isi film melainkan terdapat sumber berita atau sumber lainnya yang terkait tentang pembahasan dalam tulisan ini serta sumber film lain yang memiliki tema seperti film "Before The Flood". Dengan adanya tulisan ini, penulis mengajak kita semua untuk bisa berperan aktif terhadap isu perubahan iklim yang sedang hits diera ini. Penulis masih dalam tahap pembelajaran saat memulai tulisan, kritik dan saran akan sangat berguna untuk penulis kedepannya. Penulisan ini dibuat juga sebagai tugas pada mata kuliah Komunikasi Dan Media Lingkungan.
Mari, Kita sedikit berbicara dengan alam...
Film dokumenter "Before The Flood" merupakan film yang menceritakan tentang perubahan iklim dibintangi oleh Leonardo DiCaprio. Perubahan iklim merupakan sebuah bencana berkepanjangan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terjadi di dunia. Perubahan iklim bagian dari manusia yang tidak bisa kita abaikan begitu saja. Menelik film "Before The Flood", hal yang unik terjadi pada menit-menit awal 20-an. Terdapat cuplikan berita dan lainnya yang menyatakan bahwa beberapa petinggi negara tidak mempercayai adanya global warming atau yang biasa kita kenal juga sebagai Pemanasan global.
Mugkin, bisa aja mereka tidak bisa membaca data berdasarkan kisah nyata yang terjadi beberapa dekade ini.
Saya, sebagai orang yang belum memiliki keilmuan dengan tingkat yang bagus pun bisa merasakan adanya perbedaan suhu bumi selama saya tinggal dirumah saya yang sekarang. Pada tahun 2007 pertama kalinya saya pindah ke Bekasi, Jawa Barat. Mungkin, para pembaca bisa bilang kalau Bekasi panas kan?. Nyatanya, suhu terpanas yang saya rasakan selama tinggal disini yaitu terjadi di tiga tahun terakhir yaitu antara 2020 hingga 2022. Rumah saya yang dulu, memiliki sirkulasi udara yang sangat baik, angin berlalu lalang melewati rumah saya, angin sepoi-sepoi kalau kata orang bekasi. Saat ini, rumah saya dibangun dengan tetap berusaha mempertahankan agar kondisi sirkulasi udaranya masih baik bagi kita yang tinggal didalam rumah. Memang, angin yang melipir masih hilir mudik jika semua pintu terbuka dan sangat meminimalkan rasa panas didalam rumah ketika siang hari. Sayangnya, angin yang terbawa masuk kedalam rumah adalah angin yang membawa udara kering, sehingga bukan panas yang kita dapatkan tapi rasa gersang, menyengat dikulit, dan membuat udara dalam rumah sangat terasa sesak.
Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh aktivitas manusia yang mengubah perubahan iklim alami dalam skala waktu yang setara dengan peningkatan komposisi atmosfer bumi. Komposisi atmosfer bumi yang dimaksud adalah komposisi atmosfer bumi terhadap gas rumah kaca (GRK), antara lain karbon dioksida, metana, dan nitrogen.
Berbicara soal data, tercatat dalam grafik suhu rata-rata selama 30 tahun, pada dasarnya, gas rumah kaca diperlukan untuk menstabilkan suhu bumi. Namun, semakin tinggi konsentrasi gas rumah kaca, semakin tebal atmosfernya. Ketebalan lapisan atmosfer menyebabkan peningkatan jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer bumi, yang menyebabkan peningkatan suhu bumi, yang dikenal sebagai pemanasan global.
Jika merujuk pada film "Before The Flood" kita bisa menyasikan bagaimana es di Artktik meleleh dengan begitu cepat dalam kurun waktu 5 tahun. Jika ini terjadi untuk 5 tahun yang akan datang, kita bisa menyasikan negara yang memiliki dataran rendah akan tenggelam. Bahkan, Jakarta, diperdiksi akan mengalami banjir rob dan tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut, hal ini juga sebagai salah satu penyebab mengapa ibukota dipindahkan, bukan hanya campur tangan politik yang begitu rumit namun, jika ditelik dari sudut lingkungan, ini hal yang tepat untuk meyelamatkan jutaan orang yang tinggal di Jakarta untuk bergeser ketempat yang lebih tinggi.
Hal yang menjadi pertanyaannya adalah
Sampai kapankah kita mencari tempat tinggi dan meninggikan jalanan, sementara laut semakin mengenggelamkan sudut kota kenangan?. Apakah air yang akan datang hanya menjadi sebatas genangan atau ternyata sebuah tantangan?. Lantas, siapa yang kita sedang hadapi?. Politik?, Ilmuan?, Lingkungan? atau Manusia itu sendiri?.
Banyak kejadian yang membuat kita terus menukarkan alam dengan uang, padahal jika lingkungan rusak, kita membayar lebih atas apa yang kita perbuat. Ada salah satu buku bacaan yang menarik untuk kita nikmati, buku berjudul "Exploring Environmental Issues An Integrated Approach" Karya David D Kemp. Salah satu chapter yang penulis suka ialah sub bab yang membahas mengenai "The Earth's Energy Budget" yaitu tentang kapasitas alam dalam menangkap energi yang buruk dan dapat mereka keluarkan. Layaknya seperti seorang manusia, bumi dapat membuat diri mereka menjadi lebih baik dengan mengeluarkan hal-hal yang tidak mereka perlukan atau yang merugikan bagi mereka, mereka menyerap yang baik dan membuang yang buruk. Namun, sama seperti kita yang memiliki kapasitas dalam menangkal sebuah penyakit, bumi juga demikian, ketika energi yang harus mereka keluarkan terlalu tinggi itu akan hanya mempersulit bumi dalam melakukan kinerjanya yang baik untuk manusia atau dengan kata lain, bumi punya kapasitas dalam mengeluarkan energi dari dalam keluar bumi.
Bumi bekerja untuk kita, sementara kita mempekerjakan bumi dan menukarkan nilai-nilainya untuk kepentingan kita. Perubahan iklim hanya akan terus menjadi isu politik yang tidak kunjung berhenti jika para pemimpin negara masih setengah-setengah dalam keseriusan ini, untuk apa sih uang yang kita dapatkan hasil menjual bumi berlebihan? Bukankan uangnya hanya terbuang percuma?. Demi kepentingan, manusia terus bergerak tanpa ampun, memikirkan kemajuan teknologi tanpa memikirkan kemunduran kualitas bumi.
Salah satu film lainnya yang menarik ialah "Princess Mononoke" karya Studio Ghibli. Film kartun kesukaan anak-anak ini merupakan film yang menurut penulis cukup berat, tapi jika ditonton oleh orang dewasa seperti kita, film ini tidak kalah menarik dari film yang sudah penulis singgung sebelumnya. Isi dalam film ini sama seperti yang penulis katakan yaitu, penukaran alam demi kepentingan pribadi maupun berkelompok. Ending yang menarik ialah, kita diajarkan bahwa kita harus bisa hidup berdampingan dengan alam, alam seolah mempersilahkan kita mengambil segala kebutuhan manusia namun tidak serakah.
Jika alam dapat berbicara, mungkin alam akan mengatakan hal seperti ini
Data sudah ada, bukti sudah kita rasakan, lantas apakah masih ada 1% orang yang tidak percaya terhadap perubahan iklim?.
Sekian tulisan dari saya, kritik dan saran akan sangat membantu penulis pada pengerjaan artikel atau tulisan lainnya. Semoga dengan adanya tulisan ini membuat pembaca penasaran dengan alam yang sudah mulai hilang. Terimakasih sudah singgah hingga akhir, semoga alam kita baik-baik saja.
Salam Lestari!
Dewi Mariamis


Komentar
Posting Komentar